Sabtu, 23 November 2013

Sejarah Sastra Indonesia

Sejarah sastra adalah ilmu yang memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu ke waktu. Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari tentang sastra dengan berbagai permasalahannya. Di dalamnya tercakup teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra, dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan.
Periodisasi Sastra Indonesia
Ada beberapa pendapat tentang periodisasi sastra Indonesia, saya mengambil dua diantaranya :
1. Menurut Nugroho Notosusanto
a. Kesusastraan Melayu Lama
b. Kesusastraan Indonesia Modern
1). Zaman Kebangkitan : Periode 1920, 1933, 1942, 1945
2). Zaman Perkembangan : Periode 1945, 1950 sampai sekarang

 2. Menurut Simomangkir Simanjuntak
a. Kesusastraan masa lama/ purba : sebelum datangnya pengaruh hindu
b. Kesusastraan Masa Hindu/ Arab : mulai adanya pengaruh hindu sampai dengan kedatangan agama Islam
c. Kesusastraan Masa Islam
d. Kesusastraan Masa Baru
1). Kesusastraan Masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi
2). Masa Balai Pustaka
3). Masa Pujangga Baru
4). Kesusastraan Masa Mutakhir : 1942 hingga sekarang.

Sejarah Sastra Indonesia
Kepulauan Nusantara yang terletak diantara benua Asia dan Australia dan diantara Samudra Hindia/ Indonesia dengan Samudra Pasifik/ Lautan Teduh, dihuni oleh beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat istiadat dan bahasa sendiri-sendiri.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yaitu salah satu bahasa daerah di Nusantara. Bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat Melayu yang berada di pantai timur pulau Sumatera.
-Kerajaan Melayu yang berpusat didaerah Jambi, pada pertengahan abad ke-7 (689-692) dikuasai oleh Sriwijaya yang beribu kota di daerah Palembang sekarang ini,-
  1. Kesusastraan Melayu Klasik
Sastra Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tertentu karena hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa milik bersama. Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas : bentuk, isi, dan pengaruh asing.
a. Kesusastraan Rakyat (Kesusastraan Melayu Asli)
Kesusastraan rakyat/ Kesusastraan melayu asli, hidup ditengah-tengah masyarakat. Cerita itu diturunkan dari orang tua kapada anaknya, dari nenek mamak kepada cucunya, dari pencerita kepada pendengar. Penceritaan ii dikenal sebagai sastra lisan (oral literature).
Kesusastraan yang tumbuh tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada waktu itu. Pada masa Purba (sebelum kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam) kepercayan yang dianut masyarakat adalah animisme dan dinamisme. Karena itu, cerita mereka berhubungan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib yang dimilikinya. Misalnya :
- Cerita asal-usul
- Cerita binatang
- Cerita Jenaka
- Cerita Pelipur lara.


Contoh
Mantra Memasuki hutan rimba
Hai, si Gempar Alam
Gegap gempita
Jarum besi akan romaku
Ular tembaga akan romaku
Ular bisa akan janggutku
Buaya akar tongkat mulutku
Harimau menderam di pengeriku
Gajah mendering bunyi suaraku
Suaraku seperti bunyi halilintar
Bibir terkatup, gigi terkunci
Jikalau bergerak bumi dan langit
Bergeraklah hati engkau
Hendak marah atau hendak
membiasakan aku.


b. Pengaruh Hindu dalam Kesusastraan Melayu
Pengaruh Hindu Budha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut J.C. Leur (Yock Fang : 1991:50) yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para Brahmana. Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria. Kemudian dengan munculnya agama Budha di India maka pengaruh India terhadap bangsa Melayu semakin besar. Apalagi agama Budha tidak mengenal kasta, sehingga mudah beradaptasi dengan masyarakat Melayu.
- Epos India dalam kesusastraan Melayu
· Ramayana : cerita Ramayana sudah dikenal lama di Nusantara. Pada zaman pemerintahan Raja Daksa (910-919) cerita rama diperlihatkan di relief-relief Candi Loro Jonggrang. Pada tahun 925 seorang penyair telah menyalin cerita Rama ke dalam bentuk puisi Jawa yaitu Kakawin Ramayana. Lima ratus tahun kemudian cerita Rama dipahat lagi sebagai relief Candi Penataran. Dalam bahasa melayu cerita Rama dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama yang terdiri atas 2 versi : 1) Roorda van Eysinga (1843) dan W.G. Shelabear.
· Mahabarata : Bukan hanya sekedar epos tetapi sudah menjadi kitab suci agama Hindu. Dalam sastra melayu Mahabarata dikenal dengan nama Hikayat Pandawa. Dalam sastra jawa pengaruh Mahabarata paling tampak dari cerita wayang.

c. Kesusastraan Zaman Peralihan Hindu-Islam, dan pengaruh Islam
Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya. Contoh karya-karya sastra yang masuk dalam masa ini adalah ; Hikayat Puspa raja, Hikayat Parung Punting, Hikayat Lang-lang Buana, dsb.
Sastra pengaruh Islam adalah karya sastra yang isinya tentang ajaran agama Islam yang harus dilakukan oleh penganut agama Islam. Contoh karya : Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Bulan Berbelah, Hikayat Iskandar Zulkarnaen dsb.

-Perkembangan agama Islam yang pesat di Nusantara sebenarnya bertalian dengan perkembangan Islam di dunia. Pada tahun 1198 M. Gujarat ditaklukkan oleh Islam. Melalui Perdagangan oleh bangsa Gujarat, Islam berkembang jauh sampai ke wilayah Nusantara. Pada permulaan abad ke-13 Islam berkembang pesat di Nusantara.-

-Pada abad ke-16 dan ke-17 kerajaan-kerajaan di Nusantara satu persatu menjadi wilayah jajahan bangsa-bangsa Eropa yang pada mulanya datang ke Nusantara karena mau memiliki rempah-rempah.-


d. Kesusastraan Masa Peralihan : Perkembangan dari Melayu Klasik ke Melayu Modern
Pada masa ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan kesusastraan Melayu Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh pengarangnya. Dua orang tokoh yang dikenal dalam masa peralihan ini adalah Raja Ali Haji dari pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dari Malaka.
Contoh karya Abdullah : Hikayat Abdullah, Syair Singapura dimakan Api, ia juga menerjemahkan Injil ke dalam bahasa melayu.
 Contoh Gurindam Raja Ali Haji
 Gurindam pasal pertama
Barang siapa tidak memegang agama
Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Ia itulah orang yang makrifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terperdaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudarat
Kurang fikir, kurang siasat
Tinta dirimu kelah tersesat
Fikir dahulu sebelum berkata
Supaya terlelah selang sengketa
Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa ia berguna.-

 2. Kesusastraan Indonesia Modern

Lahirnya Kesusastraan Indonesia Modern
Jika menggunakan analogi ¨Sastra ada setelah bahasa ada¨ maka kesusastraan Indonesia baru ada mulai tahun 1928. Karena nama ¨bahasa Indonesia¨ secara politis baru ada setelah bahasa Melayu di diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda.
Namun menurut Ayip Rosidi dan A. Teeuw, Kesusastraan Indonesia Modern ditandai dengan rasa kebangsaan pada karya sastra. Contohnya seperti : Moh. Yamin, Sanusi Pane, Muh. Hatta yang mengumumkan sajak-sajak mereka pada majalah Yong Sumatera sebelum tahun 1928.

a. Masa Kebangkitan (1920-1945)
1). Periode 1920 (Angkatan Balai Pustaka)
Contoh : Puisi M. Yamin

Bahasa, Bangsa
Selagi kecil usia muda
Tidur si anak di pangkuan bunda
Ibu bernyanyi lagu dan dendang
memuji si anak banyaknya sedang
berbuai sayang malam dan siang
buaian tergantung di tanah moyang
….
1922


2). Periode 1933 (Angkatan Pujangga Baru)
Penamaan periode ini di dasarkan pada munculnya majalah ¨Pujangga Baru¨ yang dikelola oleh S.T. Alisyahbana, Armin Pane dan Amir Hamzah.

Contoh : Puisi Amir Hamzah

Datanglah engkau wahai maut
Lepaskan aku dari nestapa
Engkau lagi tempatku berpaut
Diwaktu ini gelap gulita
(Buah Rindu II)


3). Periode 1942 (Angkatan 45)
Chairil Anwar pelopor angkatan 45, nama lain pada masa ini seperti Idrus, Mochtar Lubis dan Pramoedya A T.
Contoh Sajak Chairil :

Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati
Beta kirim datudatu!
Beta Pattirajaaawane, penjaga hutan pala
Beta api dipantai. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.


b, Masa Perkembangan (1945-sekarang)

1). Periode 1945 (Angkatan 45 : 1942-1953)

2). Periode 1950 (Angkatan 50 dimulai tahun 1953)
Dimasa ini ada Nugroho Notosusanto pengarang Hujan Kepagian, AA Navis pengarang Robohnya Surau Kami, Trisnoyuwono pengarang laki-laki dan mesiu, penyair Toto Sudarto Bachtiar, WS Rendra (juga ada yang menggolongkan ke angkatan 70)
3). Angkatan 66
Pada tanggal 6-9 Mei 1966 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bersama dengan KAMI dan KAPPI menyelenggarakan simposium berjudul : ¨Kebangkitan semangat 1966 : Menjelajah Tracee Baru Lekra dan Neolekranisme¨. Dominasi kebudayaan oleh politik, tegas-tegas ditolak. Inilah mulai dinamakannya angkatan 66. Dari kelompok ini, majalah bulanan baru, Horison, segera terbit sebagai suara sastranya.
 4), Angkatan 70
Tahun 1970-1990 ada beberapa sastrawan yang terkenal misalnya : Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M., Putu Wijaya
Contoh Sajak Abdul Hadi WM : Tawangmangu

kalau kehijauan yang bangkit dari bukti-bukti
dan air terjun, dimana aku pernah lewat dan menghirup
kesegaran pagi dan kuntum melur, sekarang aku batu
yang kau angkat dari tepi sungai dan kaubiarkan abadi
seperti nyawa sekarat mengeliat, mengeliat mungkin kau
sedang menghiasku dengan retakan-retakan air hujan
dan keharuan waktu yang beragam
(dalam Tergantung pada Angin)


Profesi Penulis Tidak Menjanjikan Kesejahteraan, Siapa Bilang?

Selama ini profesi penulis dianggap sebagai profesi yang menghabiskan waktu banyak dan menghasilkan sedikit uang. Namun apakah itu realitanya? Berikut adalah nama-nama penulis yang mampu menjadi milyarder karena totalitasnya di dunia penulisan Indonesia.

1. Dewi Lestari
Penulis dengan nama lengkap Dewi Lestari Simangunsong dan sering dipanggil Dee ini meluncurkan novel pertamanya yang berjudul Supernova Satu: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh pada Februari 2001 yang laku 12000 eksemplar dalam 35 hari. Pada Oktober 2002, novel keduanya berjudul Supernova II: Akar diluncurkan, dan disusul Supernova III: Petir pada Januari 2005. Total dari Supernova ini Dee meraup untung hingga 1.5 milyar rupiah.

2. Mira Midjaya
Alumni Fakultas Kedoteran Universitas Trisakti ini mendedikasikan hidupnya untuk menghasilkan banyak Roman. Diantara puluhan roman karyanya muncul satu judul kawakan yang dikenang hingga kini "Cinta Sepanjang Amazon". Roman yang diluncurkan tahun 2009 dan sampai dibuat versi layar lebarnya itu menggenapi keuntugan 2 milyar rupiah sang maestro roman dari seluruh karya-karyanya.

3. Habiburrahman El Shirazy
Karya penulis kelahiran Semarang kota ini memang sudah tidak diragukan lagi. Sebut saja novel sekelas Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Ketika Cinta Bertasbih II, Pudarnya Pesona Cleopatra, sampai dengan The Romance. Kesemuanya adalah karya sang penulis bernafas Timur Tengah ini. Maka tak ayal jika om Shirazy telah meraup untung hingga 2.4 milyar rupiah.

4. Andrea Hirata
Saat ini siapa tak kenal om Andrea? Penulis novel Best Seller berjudul Laskar Pelangi ini disinyalir telah meraup untung sampai 3.6 milyar rupiah hanya lewat satu novelnya itu saja. Sedangkan kini om Andrea telah menyelesaikan tetralogi Laskar Pelangi yag terdiri dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov, dan berbagai buku lainnya. Bisa kita bayangkan betapa mahalnya buah pikir berlandas kreasi milik om Andrea ini.

Selain keempat penulis diatas, masih banyak lagi penulis-penulis yang hidup sejahtera lewat karyanya. Yang jelas, ini semua bukan hanya tentang keuntungan, melainkan juga tentang bagaimana karya kita dapat dinikmati oleh orang banyak. Siapkah anda berkarya?

~spidi

Novel Laskar Pelangi Ditranslate ke Hampir 30 Bahasa, Andrea Hirata Yakinkan Novelis Indonesia Belum Habis

Laskar Pelangi, siapa yang tidak mengetahuinya? Novel terbitan Bentang Pustaka pada tahun 2005 ini adalah karya dari tangan dingin seorang Andrea Hirata.

Di film-kan pada tahun 2008 dengan judul yang sama, Laskar Pelangi segera melesat dengan meraih beberapa penghargaan, sebut saja Best Film di Bandung Film Festival dan Indonesia Film Festival di tahun 2009, SIGNIS Award di Hongkong International film festival masih di tahun yang sama, Golden Butterfly Award di International Children and Young Adults Film Festival ke 23 yang digelar di Iran masih di tahun 2009, dan masih banyak lagi.

Novel Laskar Pelangi tidak berhenti selepas di fimkan. Kabarnya kini novel Laskar pelangi telah di translate ke hampir 30 bahasa asing dan telah di share ke domisili bahasa masing-masing. Seharusnya prestasi om Andrea ini bisa menjadi daya acu bagi warga Indonesia pada umumya dan para penulis Indonesia pada khususnya. Karena bukan tidak mungkin karya anda yang selanjutnya akan menyusul karya-karya om Andrea untuk meramaikan belantika karya dunia International.

Berikut cover novel Laskar Pelangi yang telah di translate ke beragam bahasa, semoga karya anda bisa menjadi lebih darinya.

The Rainbow Troops cover-American and Canadian version The RainbowTroops  cover -Australian and New Zealand Version the rainbow troops-Spanish version coverbelanda-edit Hirata_24146_MR.indd OLYMPUS DIGITAL CAMERA The Rainbow Troops Hungarian Edition cover The Rainbow troops Brazil cover turki-edit3 Cover Novel The Rainbow Troops Penguin edition the rainbow troops The Rainbow Troops edisi Taiwan Cover versi Vietnam copy-jpg.jpg-edit The Rainbow Troops edisi Korea malaysia edit

Sip, semoga tidak terhenti. Apakah anda siap untuk melanjutkannya?

~spidi

Menulis... Budaya Sakral Yang Mulai Ditinggalkan Generasi Muda

Menulis, ya, ini adalah budaya sunyi yang mistis. Diam, hanya berkata sembari melukai kulit halus kertas dengan goresan tinta, itupun tanpa bersuara.

Sekarang kita coba lihat penulis-penulis legendaris kita, sebut saja penulis sekelas Abdoel Moeis, Sultan Takdir Alisjahbana, Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Taufiq Ismail, Hilman Hariwijaya, sampai Andrea Hirata. Kesemuanya memiliki ciri khas yang lekat dan tak bisa saling ditukar.


Pertanyaannya adalah, siapa yang akan menjadi penerus mereka jika generasi muda kita saat ini lebih memilih untuk menjadi penikmat buku ketimbang pembuatnya? Bukankah miris jika nantinya nama-nama tersebut terhenti, dan kita hanya bisa menikmati karya-karya individu yang tersebut diatas tanpa adanya proses penciptaan karya baru?


Ayolah kawan, kita diberi cukup waktu dan kemampuan untuk menciptakan karya-karya tersebut, maka ciptakanlah! Ini ada tulisan pendek yang mungkin dapat menjadi acuan bagi anda untuk memulai penciptaan karya anda. Selamat membaca.


"Selat Sunda".....

Aku. Aku alunan syahdu molekul air yang ditindas puluhan besi apung tiap harinya. Aku deburan ombak yang menahan ledakan krakatau, mencoba menyejukkannya dan mengawasi tiap geriknya. Aku juga yang mendengar ceritamu tentang daratan nan indah, tentang hijau yang merekah, dan kisah hatimu yang merana. Aku..... Akulah riak gelombang yang menenggelamkan daratan renta diantara jawa-sumatera.
Kau mampu melihatku yang diam, sunyi, berbisik lewat angin dan bicara lewat badai. Kau tau kumerindukan daratan yang tiada lagi dapat ku temui. Dan kau ceritakan segalanya, membuat asin dalam tubuhku terhirup manis. Harmonis... Kau ceritakan begitu banyak mimpi, dan membiarkannya hidup di dalam pikirku, dalam anganku. Dan hal terakhir yang membedakanmu adalah caramu memandang setiap gerak nyata gelombangku: matamu hampa, namun penuh makna.
Aku selalu menunggumu, menunggu setiap salam sejuk yang kau haturkan khusus untukku. Namun, kali ini kau tak kunjung datang. Riakku penuh tanya, gelombangku didesak rasa khawatir. Sampai akhirnya datang seorang peri kecil, ia cantik, tulus, setiap pandangnya membawa sejuk, namun inferior. Ia menatapku dari atas salah satu besi apung, memejamkan mata, dan berkata. "Kau mendapat salam darinya, tapi mengapa harus engkau?". Ia berlalu. Pertemuanku dengannya memang singkat dan bermakna. Tidak lagi ku khawatir atas dirimu, karena pandangnya seakan berkata "kisah hatinya (dirimu) tidak akan merana lagi". Dan ini aku. Akulah yang menjadi saksi dimulainya ceritamu dengannya, dan dibangunnya mimpi-mimpi hebatmu atas namanya. Dan aku juga yang kini telah siap mencatat, dan berbagi, bercerita pada dunia kelak... Aku. Akulah Selat Sunda....
FIN



Selamat bekarya!


~spidi

Pendidikan Indonesia... Solusi, atau Komplikasi tanpa akhir?

Bicara tentang pendidikan Indonesia, maka kata pertama yang terlintas di pikiran para pelajar Indonesia pada umumnya adalah "peer". Suka ga suka, terima ga terima, begitulah keadaannya.

Realitas! Kita singgung realitanya. Pelajar Ibu kota dituntut untuk sedia di sekolah pada pukul 06.30, bagi pelajar sekolah menengah atas mereka harus membatu disekolah untuk belajar hingga menjelang senja. Pulang ke rumah pun mereka ditunggu oleh tugas dan peer yang tidak bisa dibilang sedikit. Kerjain tugas dan peer sampe malem, tertidur di meja belajar, bangun kesiangan dan harus segera bersiap ke sekolah lagi. Alhasil, hari berikutnya dihadapi dengan persiapan yang lebih buruk dari hari sebelumnya. Itukan realitanya? jika anda senasib dengan saya, pasti anda sedang mengangguk-anggukan kepala anda di depan kompi anda sekarang.

Realita miris lainnya adalah, kita para pelajar Indonesia dituntut untuk menguasai belasan mata pelajaran, padahal rata-rata guru hanya mengajar di satu mata pelajaran, itu artinya guru pun belum tentu bisa menguasai belasan mata pelajaran itu (pernyataan ini terlontar tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada guru). Miris, tapi itu realitanya.

Artikel ini bukan untuk mencaci para petinggi pendidikan negeri ini, tapi coba kita pikirkan baik-baik. Jika pelajar Indonesia terus terhimpit di jadwal sepadat itu, sampai-sampai waktu tidur mereka gunakan untuk menyelesaikan tugas dan peer mereka, sedangkan ketika secara tidak direncanakan mereka tertidur di kelas, mereka mendapat hujatan yang tidak bisa dibilang enteng dari guru yang sedang mengajar. Lantas, dimana nilai kemanusiaan bagi para pelajar kita? bukankah om Rhoma bilang kalo masa muda itu masa yang berapi-api? dan bukankah tidak hanya IQ yag akan mempengaruhi masa depan pelajar kita? bukankah mereka masih harus mengejar EQ lewat bersosialisasi dan SQ lewat mendekatkan diri dengan Sang Pencipta? jika iya, lantas dimana waktu bagi mereka untuk melengkapi EQ dan SQ mereka sementara mereka harus melembur mengejar tuntutan IQ mereka?

Itulah realitanya kawan~ jawablah semua provokasi tanya di paragraf sebelum ini jika anda memang tau jawabannya. Yang jelas, untuk para petinggi pendidikan negeri ini, cobalah bayangkan kalau anda masih harus menghabiskan sebagian besar waktu anda untuk mengejar ijazah, dan kehabisan waktu untuk menggali pengalaman seperti yang dialami sebagian besar pelajar Indonesia saat ini. Pantaskah?


~spidi.

Salam Elegi

Elegi Realitas!

Nikmati aja, Protesnya disimpan dulu~